Selasa, 05 Mei 2009

HUKUM SHOLAT JAMA'


HUKUM SHOLAT JAMA’

Ustadz Husain bin Abu bakar Al-habsy(Penulis buku UKHUWAH ISLAMIYAH): Saya kira tidak ada persamaan antara Syi ‘ah dan agama tiga waktu itu,sebab kita (Ahlus Sunnah) sendiri membolehkan cara demikian itu. Pertama Ahlussunnah sepakat tentang bolehnya jamak di Arafah. Antara Dhuhur-Asar dan kita namakan jamak takdim.Kedua kita menjamak shalat Maghrib-lsya’ di Mudzdalifah yang dinamakan jamak takhir.Pendapat ini telah disepakati oleh kaum muslimin, termasuk Syi ‘ah. Ahlus sunnah membolehkan jamak takdim dan takhir dua fardhu kalau kita dalam perjalanan atau safar.
jadi shalat jamak Dhuhur Ashar di waktu Dhuhur atau di saat Ashar. Maghrib-Isya’ diwaktu Maghrib atau telah masuk waktu Isya’. Shalat-shalat ini boleh dijamak kalau kita dalam perjalanan,’ tetapi Syi’ah tidak demikian.
Syi’ah mengatakan walaupun seseorang tidak dalam perjalanan Ia boleh menjamak shalat-shalatnya. Selain ‘itu ada satu madzhab yang berbeda dengan yang lain dalamAhlussunnah tentang masalah ini. Yakni Madzhab Imam Syafi’i yang menyatakan,;
“Orang boleh menjamak shalat shalat Dhuhur-Ashar, Maghrib-isya’ walaupun dia tidak dalam perjalanan. Tidak ada halangan hujan dan tanpa alasan apa pun. Cuma beliau menyatakan bahwa hal itu tidak boleh dijadikan kebiasaan.”48
Kalau menurut Imamiyah, kita boleh menjadikannya kebiasaan sepanjang tahun. Dalammasalah ini mereka tentunya berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Yakni Hadits yangmenyatakan bahwa Rasulullah Saww pernah menjamak antara Dhuhur dan Ashar sebagaimana diriwayatkan Muslim.49 . Maksud Nabi hanya untuk meringankan ummatnya, kalau kita mau mengkaji kitab-kitab hadits kita yang shahih maka kita akan. tahu bahwa:
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saww pernah menjama’ shalat-shalat beliau di Madinah sedangkan beliau dalam keadaan tidak dalamperjalanan.50
Di dalam kitab Imam Malik “Al Muwatha” 51 Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saww shalat Dhuhur dan Ashar dijamak, juga Maghrib dan Isya’. Tanpa alasan perang atau perjalanan, Imam Muslim dalam shahihnya bab jamak antara dua shalat di dalam kota.
Juga dan Ibnu Abbas Rasulullah Saww pernah shalat Dhuhur-Ashar,dan Maghrib-Isya’ di Madlnah tanpa alasan apa pun dan dijamak di kotanya sendiri.52
Juga Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saww shalat jamak antara Dhuhur-Ashar dan Maghrib-Isya di Madinah tanpa ada satu alasan pun. Kemudian perawi hadits ini bertanya kepada Ibnu Abbas:
”Mengapa beliau berbuat begitu? Ibnu Abbas menjawab: Agar ummat Islam tidak merasa sulit.”53 Sekarang banyak pegawai dan sebagainya yang ketika pulang ke rumah sudah jam 3 sore sedangkan saat itu waktu Ashar telah masuk, kalau dia tidak jamak shalat Dhuhur Ashar, mungkin shalatnya tercecer, juga orang yang bekerja di bengkel-bengkel dan berlepotan minyak dls.
Bukhari juga meriwayatkan dalam bab waktu shalat Maghrib.54 Dalam Shahihnya beliau Hadhor Juz 2 hal. 152) Cuma dalam masalah ini tidak qashar, demikian pula Imamiyah. Saya kira dalil-dalil ini cukup menunjukkan bahwa Ahlussunnah juga membenarkan shalat jamak. Yang jelas yang dikatakan tiga waktu itu bukan tiga shalat tetapi lima shalat dalam tiga waktu, dan kita harus membedakan keduanya itu. Fatwa Imam Khomaini menyatakan, lebih afdhal masing masing shalat dilakukan pada waktunya. Fatwa tersebut ada dalam kitab beliau “Tahrir Al. Washilah” (juga ulama-ulama mujtahidin Syi’ah yang lainnya seperti Sayyid Abul Qasim al-Khu’I memfatwakan hal yang sama).


48 M.Hafidh Ibnu Hajar berkat. dalam buku ‘Fathul Bari: Sekelompok Ulama (para Imam) mengambil
Hadith itu (hadits dibolehkannya jama’ tanpa ada alaasan atau udzur) sebagai bukti dan mereka
membolehkan menjama’ shalat dalam keadaan bermukim secais mutlak jika diperlukan, asal tidak
dijadikan sebagai kebiasaan.Dan di antara mereka yang membolehkan hal itu adalah: Ibnu Sirrin ‘Ra,
Robi’ah, Asyhab bin Mundzir, Al Qoffal Al-Kabir. Al-Khottobi menceritakan atau mengutip pendapat itu
dari sekelompok ulama ahli hadita (Tuhfazul Ahwazi oleb: Al-Mubarokfuri Al-Hindi Juz I hal. 558,
Anjazul Masalik ii. Muwatto’i Malik oteh: Maulana Muhammad Zakaria Al Kandahliawi Juz 3 hat. 79.
Syarh Zarqoni II. Muwatho’i Malik okh: Muhammad Zarqoni Iuz I hal 294. Shahih Muslim Syarh Nawawi
Juz 5 hal. 218-219.
49 Dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas sesungguhnya Rasulullah Saww menjama’ shalat di Madinah tujuh
dan delapan rakaat antara Dhuhur-Ashar serta Maghrib-lsya’ (Muslim Bab Jamak baina shalatani Fil
50 Musnad Ahmad Juz I hal. 221 cet. Maktab Islami Beirut th. 1391 H (1978M) bunyi Haditsnya sama
seperti di atas.
51 Muwatha’ Malik Bab AI-Jam’u baina shalatain hadits No. 328.
52 Diriwayatksn dan lbnu Abbas berkata: “Rasulullah Saww menjamak antara Dhuhur dan Ashar serta
antara Maghrib dan Ishak tanpa ada sebab, baik takut (diserbu lawan secara mendadak) maupun udzur
berpergian atau safar (Muslim dalam Shahihnya Bab Al-Jam’u Bainas shalataini fil Hadhor Juz 2 hal. 150
cet. Darul Ma’rifah Beirut).
53 Diriwayatkan dan Syaqiq, da berkata: “Pada suatu hari lbnu Abbas memberikan ceramah mulai dan
setelah Ashar hingga matahari tenggelam dan bintang-bintang pun bermunculan lalu onang- orang berteriakmengajak shalat, ia (perawi) berkata: Lalu datanglah seorang dan bani Tamim dengan sikap kasar dan berteriak shalat-shalat, kemudian lbnu Abbas menjawab: “Apakah anda datang untuk mengajarku sunnah, mudah-mudahan ibumu mati (la umma lak), ia(Ibnu Abbss)berkata: ‘Rasulullah menjamak antara shalat Dhuhur dan Asar serta Maghrib dan Isya, Abdullah (perawi) berkata mendengar ucapan Ibnu Abbas itu aku belum merasa puas, kemudian aku datang pada Abu Hurairah dan kutanyakan kepadanya tentang hal itu
dan ia pun membenarkan ucapan lbnu Abbas. Muslim meriwayatkan hadits ini dari dua jalur. Sunan
Turmudzy Juz I hal. 354 cet. Al-Halabi Mesir 1398 H(1978 M).
54 Shahih Bukhari Kitabul Sholah bab waqtul maghrib juz I hal. 107 berkata, Amer bin Dinar berkata: Saya dengan Jabir bin Zaid, dan Ibnu Abbas berkata:
Nabi Saww shalat tujuh dan delapan raka ‘at (tujuh, Maghrib-Isya sedang delapan,
Dhuhur-Ashar) di Madinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar